Era Digital merupakan era di mana informasi mudah dan bebas kita akses. Informasi ini bisa diakses di segala usia, bahkan termasuk di usia anak-anak kita. masalahnya, tidak semua informasi ini bermanfaat untuk tingkatan anak-anak. Anak-anak bisa dibilang belum memiliki prinsip, kerangka berpikir yang utuh, dan tentu saja filter dalam mengolah informasi yang mereka dapatkan dari kemudahan akses informasi di era digital.
Hal ini tentu saja menjadi sebuah permasalahan baru bagi kita sebagai orang tua. Kita harus mampu meningkatkan kapabilitas kita dalam menjaga dan mendidik anak kita. Sebagai orang tua, kita tidak bisa membiarkan anak kita “lepas” saja berinteraksi dengan gadget tanpa regulasi dan pengawasan kita. Kita perlu lebih banyak belajar , mengupgrade diri, berusaha untuk lebih adaptif dan terbuka dalam kondisi seperti era digital sekarang.
Mendidik anak di era digital artinya kita perlu memiliki kedekatan terlebih dahulu dengan anak kita. jangankan mendidik, komunikasi pun akan terhambat jika kita belum bisa memiliki kedekatan dengan anak kita. kedekatan yang dibangun artinya memang kita harus lebih banyak meluangkan waktu. Pastikan dalam waktu yang tersedia, kita bisa memanfaatkan untuk berkomunikasi dengan anak kita. Dengan semakin banyaknya komunikasi dan interaksi yang kita lakukan dengan anak, harapannya akan tumbuh rasa nyaman dan keterbukaan dari anak. Hal ini sangat penting, pastikan anak merasa nyaman dan terbuka dengan kita. Jangan sampai kita terlampau posesif dan terlalu menjudge mereka. Pastikan kita ada di waktu-waktu krusial mereka. Hal-hal kecil dalam penentuan keputusan, saat-saat dimana anak kita “galau”, pastikan kita hadir di waktu tersebut. jangan sampai mereka justru memilih melampiaskan ke media sosial atau gadget mereka. Pastikan, kita sebagai orang tua, hadir sebagai ring satu aduan permasalahan mereka.
Apabila kedekatan mulai terbentuk, maka tahapan selanjutnya adalah penanaman nilai dan pemahaman. Ketahuilah bahwa orangtua adalah figur teladan bagi anak dan ketahuilah juga bahwa satu tindakan kita, jauh lebih membekas di benak anak kita daripada seribu kata-kata. Penanaman nilai bukan hanya kemampuan kita berbicara dengan anak kita. Lebih jauh, penanaman nilai bisa direpresentasikan dalam tindakan kita.
Bicara soal nilai, mengapa nilai menjadi suatu yang penting kita tanamkan kepada anak kita. Karena nilai itulah yang akan menjadi “kompas” bagi anak kita. sebuah nilai akan dipegang oleh anak tersebut dalam tumbuh kembangnya dari kecil menuju dewasa. Sebagai contoh, Nilai yang bisa kita bawa bisa nilai agama dan juga nilai moral. Hal ini menjadi penting karena nilai tersebut akan menjadi pondasi. Di era digital sekarang, konsep “jungle” atau hutan rimba bukan selalu soal kita keluar dan berhadapan dengan segala tantangan yang ada diluar. Tapi, konsep hutan rimba atau tempat segala tantangan tadi telah bertransformasi dalam genggaman. Artinya di satu sisi, kita mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi dengan beragam gawai yang kita miliki. Tapi disisi lainnya, tidak semua informasi yang membawa budaya, yang membawa gaya hidup, bahkan yang membawa mindset baru itu, baik untuk kita, apalagi baik untuk anak kita. oleh karena itu, dalam mendidik anak di era digital. Kita perlu belajar menanamkan nilai. Nilai-nilai yang kita tanamkan tadi yang akan menjadi prinsip. Nilai yang akan menjadi landasan bagi anak kita dalam menyaring informasi dan mengambil tindakan. Nilai yang akan membuat anak kita resisten terhadap pengaruh dari luar. Kita sebagai orang tua juga harus bisa membimbing anak kita dalam memproses dan menyaring informasi. Kita harus bisa mengkaitkan informasi yang didapat dengan nilai yang kita tanamkan kepada anak kita. tentu saja, proses bimbingan ini tidak otomatis selesai dalam satu malam. Oleh karena itu, kita harus membimbing anak kita sampai mereka bisa memproses, menyaring dan mengolah informasi secara mandiri.
Apabila dua aspek diatas telah diimplementasikan, tahapan selanjutnya dalam menjaga dan mendidik anak di era digital yaitu menemukan dan memilih topik atau lingkungan yang cocok dan positif untuk menunjang pendidikan anak kita. Menurut Ki Hadjar Dewantara, “pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan, mendapat kemajuan hidup lahir batin” (Ki Suratman, 1987: 11). Dari filsafat pendidikan tersebut, sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk membimbing anak kita menemukan dan mencapai performa terbaiknya sesuai dengan kodrat, atau dalam kata lain sesuai dengan potensinya.
Beruntung bagi kita, informasi di zaman digital sudah mudah diakses dan tidak lagi menjadi “privilage” bagi kalangan khusus saja. oleh karena itu, sebagai orang tua maka kita bisa memaksimalkan peran kita dalam mencari dan memberikan opsi, preferensi dan lingkungan yang sesuai untuk masa depan anak kita. Kita bisa membimbing anak dalam merencanakan personal goalnya, menemukan minat bakatnya, mengetahui tipe kecerdasannya, dan hal-hal lain yang menunjang masa depan anak. Bisa dibayangkan, tentu tidak terlalu sulit bagi kita untuk memotivasi anak kita apabila kita paham minat dan bakat mereka. Dengan mengetahui tipe kecerdasan, tingkat IQ dan EQ, kita menjadi lebih toleran dan lebih paham terhadap kondisi kognitif anak kita. Kita juga bisa belajar bagaimana memaksimalkan potensi dan memberikan solusi terhadap kekurangan anak kita
Aspek terakhir, yaitu motivasi dan kontrol. Anak-anak kita nantinya akan tumbuh, memiliki motivasi, energi dan antusiasme yang besar. Ada kalanya mereka begitu semangat dan fokus dalam menekuni suatu hal. Tapi ada kalanya semangat dan motivasi mereka turun. Peran kita sebagai orang tua tentu sangat penting bagi mereka. Kita harus pandai dan persisten dalam memotivasi mereka, disatu sisi juga harus kuat dan konsisten dalam memberikan kontrol. Terutama dalam era digital, kita harus piawai dalam memberikan motivasi dan mengontrol anak kita. Pastikan bahwa anak tumbuh sesuai arah baik dan benar.
Dalam penerapannya, menjaga dan mendidik anak di era digital bukanlah pekerjaan mudah. Sebuah tugas yang bisa dibilang “it will take a lifetime”. Tapi kembali kepada tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang tua, apakah kita pasrah dengan kondisi tersebut, atau kita mampu overcome, tune in, dan mampu men-drive anak kita menjadi bentuk terbaik sesuai dengan eranya.