Apakah jaman sekarang, ada pemimpin yang benar? Kalaulah ada, apakah kita mau dipimpin oleh mereka?
Korupsi sudah membudaya di banyak lapisan pelayanan publik. Saat awal reformasi, harapan besar diletakkan di pundak SBY untuk menjadi Jenderal pemberantasan Korupsi. Dari korupsi recehan, sampai kelas Hiu. Pejabat2 negara, wakil-wakil rakyat, pengusaha, bahu membahu menggarong uang rakyat yang dititipkan ke negara lewat Pajak. Gayus-gayus bertebaran dimana-mana. Sampai kapanpun, kalau terus begini, maka hanya sebagian keciiil (yang korup tentunya) menjadi makmur, dan sebagian besar akan terus melarat, sakit parah, dan mati dengan menderita.
Hahaha... kembali ke pertanyaan di atas. Kalaupun ada, apakah mau kita dipimpin oleh pemimpin yang benar? Mau? Karena kata-kata pemimpin yang benar seringkali menyakitkan kita, membuat nafas kita berhenti sejenak, membuat serangan jantung, namun akan membaikkan nantinya. Kenapa? Karena kita sekarang lagi sakit. Lagi sakit parah !!
Oke, dari edisi majalah SWA 06, 30th edition, 17-26 March 2014, halaman 102, disana Paulus Bambang menulis 4 jenis pemimpin yang akan kita pilih. Pertama, pemimpin yang 1) Pintar, dimana pemimpin ini memiliki kemampuan analisa yang hebat. Pengetahuan dan lainnya, sehingga bukan hanya dia tahu segala hal, namun dialah solusi itu. Kelemahan pemimpin ini adalah, hati nya yang kering. Kedua 2) Pemimpin yang bijak. Seperti konotasi orang bijak, ybs pintar menempatkan diri. Pertanyaan dan pernyataan yang diajukan membutuhkan analisa yang dalam untuk menjawabnya. Walapun kelemahan pemimpin ini adalah masih dapat mengingkari kebenaran untuk tujuan tertentu. Ketiga, 3) Pemimpin yang baik. Orang-orang ini lebih mengutamakan hubungan yang harmonis antara sesama, walaupun mengorbankan hal-hal lainnya. Pada akhirnya, semua dapat sama-sama tersenyum (win-win). Kelemahan pemimpin ini adalah tidak memiliki prinsip keutamaan, selain sama-sama senang. Ke empat, 4) Pemimpin yang benar. Bicaranya akan apa adanya, sesuai prinsip-prinsip hati nurani dan keyakinannya kepada Tuhan. Baginya, kebenaran adalah utama. Kelemahan pemimpin ini adalah, sulit mendapatkan dukungan, karena keputsannya sering tidak memuaskan semua orang. Dia sering di cap tidak pintar, tidak baik, ataupun tidak Bijak.
Pemimpin yang benar mostly pintar, karena dia tahu banyak hal. Sebaliknya, peminpin yang baik dan bijak tidak terlalu menggunakan kepintarannya. Coba renungkan, di Indonesia, siapa tergolong pemimpin yang pintar, baik, bijak dan benar. Saya teringat sosok Gus-Dur. Beliau saya kategorikan sebagai peminpin yang benar. Coba bayangkan sosok Jokowi, SBY, dan Sukarno. Kecenderungan kemana kira-kira pemimpin kita itu.
Dalam sesi Leadership, saya melakukan survey untuk mengetahui, jika anda diminta memilih pemimpin, urutan mana yang akan anda pilih? Pemimpin seperti apa yang anda inginkan, atau yang anda pilih, secara berurutan? Apakah Bijak-Pintar-Benar-Baik? Atau Benar-Baik,Pintar-Bijak? Atau lainnya, secara berututan sesuai prioritas. Saya meminta mereka menjawab untuk 3 jenis level kepemimpinan, yaitu untuk level 1. Negara (atau pejabat publik), 2. Level perusahaan (direktur, manager), dan 3. Level rumah tangga (suami / istri).
Jumlah responden = 33 (29 Laki, 4 wanita), usia 28-35 tahun, level responden = supervisor, manager, sampai General manager. Hasilnya sbb:
Hasilnya sangat menarik. Jadi, di 3 level kepemimpinan, harapan responden tentang type pemimpinnya berbeda. Namun, hampir di semua level kepemimpinan, dibutuhkan pemimpin yang BIJAK (bar merah). Baik itu sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan, ataupun pemimpin rumah tangga, dibutuhkan pemimpin yang bijak. Lebih jauh, yang cukup menarik adalah pemimpin yang BENAR, dan PINTAR.
Pemimpin BENAR sangat didambakan Di tatanan pemimpin publik (Negara). Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan di atas. Sebenarnya kita membutuhkan pemimpin yang BENAR, namun tetap mempunyai kebijaksanaan, titik.
Dan “ngenesnya” pemimpin PINTAR, dia hanya cocok memimpin perusahaan. Itupun yang menonjol harus kebijaksanaannya dulu, baru kepintarannya. Pemimpin pintar tidak terlalu dibutuhkan untuk memimpin negara, ataupun rumah tangga. Banyak saya jumpai orang-orang pintar di perusahaan, namun karena lemahnya kebijaksanaannya, dia gagal berkarir. So, hasil ini bisa saja anda debat. Saya melakukan lagi survey yang ke 2, di level yang berbeda, dan saya mendapatkan pola yang mirip.
Jadi, bagi anda yang orang yang merasa PINTAR, hati-hati menggunakan kepintaran itu. Pintar harus disertai dengan kebijaksanaan, dan atau kebenaran.
Bagaimana menurut anda? Pemimpin seperti apa yang anda dambakan di NEGARA ini, sebagai pemimpin PERUSAHAAN, atau di RUMAH TANGGA?
berikut ini hasil riset kecil-kecilan nya:
Source : Paulus Bambang - majalah SWA 06, 30th edition, 17-26 March 2014, halaman 102 ; www-updatelive1000@wordpress.com
© 2014-Leadership Management, by Kadek Budiawan