Emotional Intelligence at Work

Setiap manusia dikaruniai berbagai macam kecerdasan, yang lumrah kita sebut kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence). Pada tahun 1983, Howard Gardner menemukan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda, dimana kecerdasan itu lebih rumit dibandingkan dengan hanya dijelaskan dengan test IQ yang selama ini sudah dikenal. Dia mengemukakan teori multiple intelligence dimana ada 7 jenis kecerdasan yang meliputi 1) Kecerdasan Linguistic-verbal   2)Kecerdasan Logiko   3) Kecerdasan spasial – Visual 4) Kecerdasan ritmik-musik 5) Kecerdasan Kinestetik 6) Kecerdasan Interpersonal dan terakhir 7) Kecerdasan Intrapersonal. Dalam perkembangan paling akhir, sudah bertambah 1 lagi kecerdasan ke 8 yaitu 8) Kecerdasan Naturalis.

Untuk kecerdasan no 6 dan 7 (Interpersonal dan Intrapersonal), yang dominan membentuk kecerdasan emosional – Emotional Intelligence (EI). Ada 2 model/teori EI yang sering digunakan, yaitu teori menurut T.Bradberry-J. Greaves dan menurut Goleman. Namun, keduanya melakukan pendekatan yang sama, dimana mereka menekankan kepada pengelolaan emosi diri sendiri (personal) dan orang lain (social).

Bradberry Goleman

Tabel di atas memperlihatkan perbedaan pendekatan yang dilakukan T.Bradberry & J Greaves dengan Goleman. Tabel bagian atas berbicara mengenai diri sendiri, sedangkan tabel sisi bawah berbicara mengenai pengelolaan emosi yang berhubungan dengan orang lain.

Lebih lanjut, T.Bradberry & J. Greaves, menggambarkan bahwa terdapat 4 area keterampilan EI yaitu:

EI Skills

1. Self Awareness

Memahami diri sendiri, seperti kepribadian, tingkah laku, kebiasaan, reaksi emosi, motivasi, dan proses berpikir. Kenapa memahami diri sendiri menjadi sangat penting? Karena dengan self awareness, kita bisa mengenali potensi / kelemahan diri sendiri, bisa memahami perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga pada akhirnya kita dapat melakukan perbaikan yang efektif, serta pengendalian diri yang baik. Self Awareness yang terkelola dengan baik, bukan hanya pengambilan keputusan menjadi lebih baik, namun kita juga bisa mengetahui dengan persis reaksi-reaksi yang terjadi di diri kita, saat situasi tertekan dan stress. Grogi, kurang nyaman, berkeringat dingin, bersemangat, dan lainnya bisa terjadi saat itu. Tips nya adalah, lakukan pencatatan dengan detail, apa-apa saja yang muncul saat stress tersebut. Bagaimana perasaan saat itu. Lakukan pengamatan dan diskusikan dengan partner yang dipercaya, tentang apa yang biasanya mereka lakukan menghadapi situasi itu. Apakah itu berhasil? Apa yang mereka pikirkan? Apa usulan perbaikan untuk kita? Open your mind untuk perbaikan diri sendiri. Lakukan pengamatan secara rutin terhadap diri sendiri, untuk situasi-situasi lainnya yang menekan, sampai kita benar-benar merasa nyaman, dan reaksi kita menjadi terkontrol dengan baik. Dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut, akan membuat bahasa tubuh bereaksi lebih terkontrol dan normal, sehingga terlihat rileks dan confidence. Secara langsung ini akan meningkatkan rasa percaya diri, bisa apa adanya, karena pengendalian diri yang sudah baik lewat latihan. Selain melakukan pengamatan secara mandiri, kita juga bisa minta orang lain/partner untuk mengamati diri kita secara langsung. Atau bisa juga kita melakukan self asssessment. Beberapa tools yang sudah umum misalnya DISC (Dominance-Influencing-Steadiness-Compliance). Dari beberapa pertanyaan di DISC, secara umum kita akan mengetahui kecenderungan profilenya, dan bagaimana kecenderungan bereaksi. Dari sini, kita juga bisa melakukan improvement. Jadi pengembangan Self Awareness : Emotional Self Awareness -> Accurate Self Assessment -> List of Behavior -> Improvement -> Self Confidence.

2. Social Awareness

Definisi : Kemampuan seseorang untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, memahami perasaan orang lain serta kebutuhannya dan apa-apa saja yang menjadi perhatiannya. Social Awarenss meliputi : 1) Emphaty 2) Service Orientation dan 3) Organizational Awareness. Jika self awareness lebih menekankan tentang mengenai diri sendiri, maka emphaty lebih kepada bagaimana bisa memahami orang lain, baik itu perubahan bahasa tubuhnya, pola pikir, latar belakang, situasi yang dihadapinya, moodnya dan lain-lain, serta menunjukkan sikap membantu terhadap kesulitan orang lain. Service orientation adalah bagaimana kita bisa selalu berpikir untuk dapat memuaskan pelanggan / orang lain, dengan mempelajari keinginan / keluhan mereka. Ringan tangan dan siap membantu orang lain. Sedangkan Organizational Awareness adalah bagaimana kita bisa mengerti dan memahami “office politics” di organisasi, mampu mengidentifikasi orang-orang kunci dalam organisasi, serta memahami budaya / kebiasaan2 di dalam organisasi / kelompok. Konflik di Indonesia sering terjadi karena rendahnya social awareness, terutama karena perbedaan budaya, kultur, kebiasaan / adat istiadat yang memang sangat beragam.

3. Self Management

Bagaimana kita melakukan pengelolaan emosi dengan baik, sehingga diperoleh output yang terkontrol dengan baik. Pengelolaan Emosi ini meliputi : 1) Melakukan pengelolaan Emosi yang terkontrol 2) Bisa dipercaya (trustworthiness) 3) Menunjukkan Tanggung jawab (Consciousness) 4) Menunjukkan Inisiatif (Initiative) 5) Menunjukkan sikap optimis (Optimism) dan 6) Bisa beradaptasi (Adaptibility). Parameter-parameter di atas sangat penting, dan tidak bisa di bawah rata-rata. Jadi, untuk bisa melakukan pengelolaan team yang lebih besar, maka self management harus selesai terlebih dahulu. Contoh sederhanamya adalah optimism, berapa banyak dari anggota team kita yang memberikan signal optimis saat diberikan challenge baru? Lebih dari 50%? Suara apa yang dominan? Pertanyaannya, apakah kita sebagai pemimpinnya sudah memberikan signal optimis? Demikian pula yang lainnya, akan dimulai dari pengelolaan emosi sehingga reaksi yang kita keluarkan terkontrol dengan baik.

4. Relationship Management

Kemampuan seseorang untuk menginspirasi orang lain, membantu orang lain mengeluarkan performance terbaiknya, menyelesaikan konflik, bernegosiasi, serta bekerja sama. Orang-orang dengan relationship management yang bagus adalah orang-orang yang sangat efektif, para pemimpin bisnis yang hebat, orang-orang dengan “role model”, menumbuhkan trust di kelompoknya, serta mereka sangat menghargai peran team/kelompok. Beberapa Hal penting dalam relationship management antara lain:

Dari ke 4 area keterampilan EI, mana yang terpenting? Banyak pertanyaan seperti ini muncul saat diskusi. Semuanya adalah saling terkait, misalnya orang dengan Relationship Management yang bagus biasanya memiliki 3 area EI yang bagus juga. Walaupun dalam sedikit kasus orang dengan Relationship management bagus, ternyata mempunyai self management yang rendah. Dalam dunia kerja yang melibatkan banyak orang, multi budaya, cross function, relationship management sangatlah penting. Beda kasus untuk pekerjaan yang lebih mandiri/otonom, maka mungkin self management yang lebih berperanan.

Beberapa Tips untuk meningkatkan EI:

  1. Jangan reaktif, saat menerima respond pikirkan sejenak (biasanya 5-10 detik). Jeda ini juga memberikan signal bahwa kita memikirkan dengan masak respond tersebut.
  2. Berpikirlah positif. Cari 10 alasan positif orang lain melakukan hal yang tidak menyenangkan, dan implifikasi positifnya jika kita merespond dengan baik.
  3. Bila tiba2 anda stress, situasi tertekan, coba keluar dan ambil udara segar. Atau basuh muka/kepala dengan air bersih. Temperatur air yang dingin akan meredakan stess anda.
  4. Lakukan olah raga, bila perlu dilakukan dengan teriakan dan gerakan yang bertenaga.
  5. Utarakan emosi anda dengan teknik X-Y-Z. I Feel X, when you do Y, in Z situation.Sering kita menerima saja tanpa berusaha mengemukakan alasan logis. Namun ngedumel. Ini tidak sehat. Latihlah untuk bisa merespon dengan “Saya terganggu dengan asap rokok saudara, karena saya punya penyakit bengek”. Hindari menggunakan kata “You+should+situation” seperti, Anda seharusnya tidak merokok disini, karena saya punya sakit bengek. Statement pertama terlihat lebih mengena.
  6. Jika anda takut donor darah karena jarum suntiknya, ubah cara berpikir anda. Pikirkan bahwa orang yang akan menerima darah anda jauh lebih menderita, dan dengan sakitnya yang anda derita akan bisa menolong nyawa orang tersebut. Jadi, cari alasan yang jauh lebih besar daripada hanya ketakutan anda tersebut.
  7. Dalam situasi meeting, anda bertemu dengan orang yang selalu pesimis, dan melihat sisi negatifnya. Lakukan pendekatan Six Thinking Hat (de Bono thinking system). Jadi, mereka hanya sedang memakai topi hitam saat berdiskusi, imbangi dengan topi putih (data), atau topi kuning (optimis). Itu hanya cara team berpikir. Stay cool ya.
  8. Jika anda termasuk orang yang super cemas, super grogi. Tidak akan bisa dengan mudah dengan hanya tarik nafas, ubah pola pikir dan lain-lain. Its not working. Anda butuh pendamping yang dipercaya. Masuklah kedalam sesi khusus bagaimana mengatasi kecemasan yg berlebihan itu. Lakukan self awarenss dengan detail. Catat semua reaksi yang terjadi, diskusikan dengan partner. Setelah itu, anda harus sharing, ceritakan yang anda alami ke orang lain. Ya... anda harus terbiasa bercerita dengan terbuka. Minta pendapat orang-orang lain bagaimana mereka mengatasi hal yang sama. Pilih yang paling nyaman untuk anda. Lakukan hal ini terus menerus sampai merasa nyaman dan confidence.
  9. Terima diri kita apa adanya. No body perfect. Ketakutan/kecemasan itu adalah normal. Orang-orang hebatpun sering merasa cemas dengan hal-hal baru.Hadapi saja dan lakukan, lakukan terus, lakukan terus sambil evaluasi diri, sampai kita terus terbiasa dan confidence.

 

Source : Internal, Emotional Intelligence 2.0 – Travis Bradberry & Jean Greaves, six thinking hat – de bono , leadership management – updatelive1000@wordpress.com

 

(c) Kadek Budiawan ST - 2016