The entrepreneurial mystique?

It’s not magic, it’s not mysterious, and it has nothing to do with genes. It’s a discipline.

And, like any discipline, it can be learned.

(Peter Drucker)

Keberhasilan seorang Mark Zuckerberg, Larry  Page dan Sergey Brin serta para pengusaha muda berbasis digital lainnya, sangat dasyat mengubah peta persaingan dunia kerja dan bisnis. Begitu banyak perusahaan pendatang baru yang meramaikan persaingan bisnis ini, tentu saja kebanyakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan berbasis digital.

Jika kita layangkan pikiran kita pada era 90an dan awal 2000, mayoritas generasi X dan Y memiliki mimpi bekerja diperusahaan multinasional dengan gaji dan fasilitas yang menjanjikan, semua pencari kerja berlomba-lomba masuk bursa kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka idamkan. Sampai saat ini tentu saja persaingan untuk memperoleh pekerjaan di perusahaan idaman (‘admiring company’) masih terjadi, namun bekerja di perusahaan tidak menjadi satu-satunya tujuan; banyak dari generasi muda yang mulai berpikir tentang membangun startup begitu mereka lulus sekolah, sehingga tentu saja  tanpa pengalaman bekerja sama sekali.

Tanpa pengalaman, tanpa kematangan emosi, dan mungkin tanpa bekal finansial yang cukup, generasi milenia berani membangun bisnis.. Ya, sangat luar biasa keberanian mereka, dan itu adalah fakta. Era nya memang sudah berubah, sekarang bukan lagi era Kolonel Sander yang baru mulai membangun bisnis Kentucky nya diusia senja. Bagi anak muda sekarang, membangun startup mengapa tidak? siapa takut?

Mengikuti berita di Tech in Asia, setiap hari ada saja startup baru dengan ide kreatif yang muncul, dan tentu saja yang masuk dalam liputan ini merupakan startup yang sukses dan berpotensi untuk besar. Menurut data yang dipublikasikan oleh lipuan 6 bisnis, setidaknya setiap tahun muncul 1500 startup. Angka yang luar biasa dan harus sangat diapresiasi. Begitu dasyatnya pengaruh dari kesuksesan Mark Zuckerberg dan Sergey Brin dengan Facebook dan Googlenya yang bernilai milyaran dollar itu, sehingga membuat para generasi muda bermimpi dan termotivasi untuk mengulang sukses tersebut.

Kembali pada fakta bahwa pendiri startup mayoritas adalah generasi muda yang belum memiliki pengalaman kerja secara nyata, apakah ini masalah? Jika kita mengaitkan fakta ini dengan quote ‘Peter Drucker’ tentu ini bukan masalah karena entrepreneurial merupakan suatu disiplin yang bisa dipelajari. Artinya jika Anda ingin membangun startup Anda bersiaplah untuk belajar dengan sangat keras, dengan penuh kegigihan, disiplin dan konsisten. Karena modal dasar seorang entrepreneur adalah belajar secara terus menerus, kemampuan beradaptasi, disiplin, gigih, konsisten dan mental yang sangat kuat; hal ini mudah diucapkan, mudah tuliskan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Mengapa sulit karena semua itu butuh proses pembelajaran dan pembiasaan sehingga menjadi bagian dari diri kita. Dan proses pembelajaran serta pembiasaan tentu saja membutuhkan waktu yang cukup panjang. Untuk itu apa yang harus kita pertimbangkan dalam membangun startup kita, ada 2 aspek besar yaitu?

Aspek Pribadi:

Sebelum memulai suatu bisnis, perlu dipikirkan apakah bisnis itu sesuai dengan passion kita? Jika tidak maka sulit bagi kita untuk menikmati bisnis tersebut. Padahal jika kita menikmatinya, maka setiap kesulitan akan terasa sebagai tantangan yang menguatkan dan memberikan warna dalam perjuangan, bukan mendemotivasi.

Belajar bagi beberapa orang sangat melelahkan, tapi bagi beberapa lainnya memang sangat menyenangkan, saat membangun startup, kita akan selalu dituntut untuk belajar, belajar dan belajar, karena dunia begitu cepat berubah, dan startup harus selalu memenuhi harapan pasar.

Apakah semua anggota team memiliki komitmen yang sama?

Apakah semua anggota team siap untuk berdisiplin, kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai tujuan? Adakah anggota team yang tampaknya masih ragu-ragu untuk menyepakati suatu ground rule bersama?

Dunia bisnis adalah dunia yang sangat keras penuh dengan politik dan penolakan, persiapkan mental untuk penolakan-penolakan. Apa yang kita rasakan sangat bagus dan hebat belum tentu dinilai sama oleh orang lain, dengarkan mengapa mereka menolak dan apa yang perlu kita perbaiki.

Aspek Lingkungan dan Team:

Apakah dalam membangun startup melibatkan orang lain? Apakah setiap orang yang terlibat dalam startup tersebut memiliki kesamaan visi, misi dan nilai-nilai?

Bagaimana komposisi team, apakah saling melengkapi? Apakah kita memiliki kepercayaan dan chemistry dengan anggota team lainnya?

Dalam membangun startup, keberhasilan tidak dengan mudah kita peroleh. Saat anggota team yang satu terlihat mulai demotivasi, bantulah mereka agar keluar dari masalahnya. Tantangan startup memang sangat tinggi, saling menguatkan merupakan hal yang wajib dilaksanakan, tentukanlah waktu-waktu khusus untuk merefresh kembali visi, misi bersama untuk membangun semangat dan energi baru.

Konsisten merupakan keharusan, namun perubahan merupakan hal yang pasti terjadi. Untuk itu selalu pikirkan scenario-scenario dalam mengembangkan bisnis kita agar tidak terjebak dalam pola yang sama.